Advertisement

Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar Akan Beroperasi Lagi di 2027, Ini Sejarahnya

Astrid Prihatini Wisnu Dewi
Rabu, 23 April 2025 - 18:07 WIB
Sunartono
Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar Akan Beroperasi Lagi di 2027, Ini Sejarahnya Pabrik Gula (PG) Tasikmadu,Karanganyar, bakal dibuka lagi pada 2027. Pabrik gula pernah mengalami masa puncak kejayaan yang menarik untuk disimak sejarahnya. - Espos.

Advertisement

Harianjogja.com, KARANGANYAR—Pabrik Gula (PG) Tasikmadu, Karanganyar, bakal dibuka lagi pada 2027. Pabrik gula pernah mengalami masa puncak kejayaan yang menarik untuk disimak sejarahnya.

Dikutip Espos pada Rabu (23/4/2023, dari skripsi berjudul Dari Perusahaan Swasta Menuju Perusahaan Negara: Proses Pengambilalihan Pabrik Gula Tasikmadu Milik Mangkunegaran oleh Pemerintah Republik Indonesia (1946-1961) karya mahasiswa Undip Herbanoe Rangga Yoelistyanto dijelaskan MN IV mempelopori berdirinya perusahaan gula di Mangkunegaran.

Advertisement

Mengulik sejarahnya, PG Tasikmadu didirikan pada 1871 oleh penguasa Kadipaten Mangkunegaran, K.G.P.A.A. Mangkunagoro IV (1811-1881). Tasikmadu merupakan pabrik gula kedua di wilayah kekuasaan Praja Mangkunegaran. Sebelumnya, Mangkunagoro IV telah membangun Pabrik Gula Colomadu pada 1861 yang sukses beroperasi hingga keuntungan yang diperoleh dapat meningkatkan pendapatan praja. 

Pabrik Gula Tasikmadu dibangun di Desa Sandakara, Distrik Karang Anyar, kini masuk wilayah Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Wilayah ini merupakan dataran rendah yang terletak di sebelah barat lereng Gunung Lawu dan sebelah timur Praja Mangkunegaran. Peletakan batu pertama pembangunan pabrik gula dilakukan tanggal 11 Juni 1871 dan selesai dibangun tahun 1874.

BACA JUGA: Arak-arakan Pengantin Tebu Jadi Penanda Dimulainya Penggilingan 300 Ribu Ton Tebu di Pabrik Gula Mojo Sragen

"Pabrik iki openono, sanajan ora nyugihi, nanging nguripi, kinaryo papan pangupo jiwone kawulo dasih [Pabrik ini peliharalah, meski tidak membuat kaya, tetapi menghidupi, memberikan perlindungan, sebagai jiwa rakyat]," ucap Mangkunegara IV saat mendirikan PG Tasikmadu.

Asal-usul penamaan Tasikmadu, mengutip laman resmi Pura Mangkunegaran, mengambil konsep kebesaran alam, yakni tasik yang berarti laut dan madu yang berarti gula. Dalam nama itu tersemat harapan Mangkunagoro IV agar hasil dari pabrik gula melimpah ruah bagaikan lautan madu. Seperti halnya pabrik gula Colomadu, pengelolaan pabrik gula Tasikmadu berada di bawah komando Mangkunegara IV.

Kegiatan produksi pabrik gula Tasikmadu berjalan lancar. Seiring peningkatan permintaan gula yang harus diproduksi, manajemen pabrik melakukan kerja sama dengan Nederlandsche Handle Maatschappij (Serikat Dagang Belanda) di Semarang untuk memperoleh modal kerja. Tanaman tebu sebagai bahan utama gula diperoleh dari Distrik Karang Anyar, Matesih, dan wilayah lain.

Pabrik Gula Tasikmadu telah menggunakan tenaga penggerak utama air, sedangkan tenaga uap hanya sebagai tenaga cadangan. Tenaga uap kemudian dihapus seiring munculnya berbagai mesin pabrik dengan kualifikasi double effect (1873), triple effect (1875), dan instalasi carbonatie (1876).

Jalur Kereta Api

Pembukaan  jalur kereta api jurusan Solo-Surabaya sebagai bagian dari jalan kereta api pemerintah Staats-Spoorwegen sejak tanggal 24 Mei 1884 turut memperlancar pengiriman hasil produksi gula Tasikmadu. Produksi gula dari pabrik gula Tasikmadu yang akan dikirim ke Semarang tidak lagi diangkut dengan cikar atau pedati, tetapi menggunakan lori.

Produksi gula dari Pabrik Gula Tasikmadu meningkat pesat setelah selesainya pembangunan gedung dan instalasi pabrik gula itu pada 1912 yang mendorong peningkatan kapasitas giling. Di tahun itu, jumlah produksi gula Tasikmadu mencapai 99.052 kuintal, atau meningkat dua kali lipat (50%) dibandingkan dengan rata-rata pabrik gula Tasikmadu selama dasawarsa pertama abad XX. 

BACA JUGA: Kerangka Manusia Ditemukan di Kebun Tebu Milik Pabrik Gula Madukismo Bantul

Pabrik gula Colomadu sebesar 52.408 kuintal atau hanya meningkat 13,92% dari rata-rata produksi selama dasawarsa pertama abad XX. Sejak tahun 1870-1920, produksi Pabrik Gula Tasikmadu menempati ekspor utama gula di Pulau Jawa. Pada  1870 nilai ekspor gula di Jawa 32.299 gulden, terus meningkat di tahun 1900 mencapai 73.659 gulden dan tahun 1913 mencapai 156.609 gulden. Saat itu manajemen perusahaan gula Mangkunegaran dipimpin oleh MN VI.

Keuntungan Pabrik Gula Tasikmadu juga digunakan untuk kepentingan rakyat di wilayah Mangkunegaran dalam bentuk pembangunan sarana irigasi pertanian, pembangunan sekolah-sekolah desa, pembangunan klinik untuk pelayanan buruh pabrik dan petani di sekitar pabrik, dan sebagainya.

Rantikah dari Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta dalam penelitian berjudul Dinamika Pabrik Gula Tasikmadu di Mangkunegaran Tahun 1917-1935 yang dipublikasikan dalam jurnal Mozaik: Kajian Ilmu Sejarah Volume 12, Number 2 (2021) menguraikan kondisi Pabrik Gula Tasikmadu dalam rentang waktu 1917-1929 berada dalam taraf baik cenderung sukses.

Tebu yang dihasilkan perkebunan diantar ke pabrik menggunakan lori, lok, dan kereta api. Tebu harus dengan segera sampai ke pabrik gula setelah dipotong, sebaiknya pada hari itu juga, kelambatan berarti kesulitan kristalisasi atau pembusukan dan pengasaman tebu.

Pada masa reorganisasi agraria Mangkunegaran, pabrik tersebut memang mengalami kesulitan. Reorganisasi tahun 1917 membawa perubahan tentang hak kepemilikan dan penguasaan tanah. Tanah yang secara hukum merupakan hak milik raja, pemakaiannya diserahkan kepada desa sebagai hak milik komunal desa. Sementara itu, penguasaan tanah yang semula berada di tangan bekel beralih kepada petani.

"Dampak reorganisasi agraria bagi pabrik gula Tasikmadu yiatu sulitnya mencari lahan persewaan tanah untuk perkebunan tebu. Bekel yang telah menerima tanah bengkoknya enggan menyewakan tanah kepada pabrik gula. Timbulnya perselisihan antara pabrik gula dan petani perihal waktu penggunaan tanah glebegan dan masalah pembagian air," urai Rantikah.
Puncak Kesuksesan 1928-1929

Akan tetapi tahun 1919 Pabrik Gula Tasikmadu mulai meningkatkan sektor perkebunan dan industri pabrik sampai puncak kesuksesannya terjadi tahun 1928-1929. Kesuksesan tersebut didukung oleh pabrik gula dengan perluasan areal perkebunan, perbaikan irigasi, penggunaan bibit unggul, menambah dan memperbaiki mesin-mesin pabrik.

"Pada tahun 1929 merupakan masa awal pecahnya krisis malaise yang melanda hampir seluruh negara di dunia. Pabrik gula Tasikmadu sendiri mengalami kelebihan produksi gula karena hasil produksi gula tahun sebelumnya yang direncanakan akan dijual pada tahun 1930 tidak laku karena menurunnya permintaan. Hasil produksi gula yang belum terjual kemudian menjadi stok perusahaan dan dilakukan penimbunan".

Hasil penelitian ini menunjukkan kondisi pabrik gula Tasikmadu sepanjang tahun 1917-1935 mengalami pasang surut baik dari sektor produksi dan penjualan. Namun demikian dengan adanya pabrik gula Tasikmadu memberikan dampak sosial dengan dibangunnya saluran irigasi, fasilitas sekolah, dan kesehatan, serta berdampak terhadap ekonomi Mangkunegaran dan masyarakat.

Keberadaan Pabrik Gula Tasikmadu juga membuka kesempatan kerja bagi masyarakat sekitarnya. Pada dasarnya industri gula membutuhkan banyak tenaga kerja baik tetap maupun musiman di perkebunan maupun di pabrik gula. Tenaga kerja musiman dibutuhkan saat panen tebu atau saat pengelolaan tebu menjadi gula. Sedangkan tenaga kerja tetap biasanya terdiri dari karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana.

Pada tahun 1930, menurut Mawardi, Yuliani Sri Widaningsih, di perkebunan tebu Mangkunegaran tercatat jumlah tenaga kerja sebanyak 9.498 orang laki-laki, 4.702 orang wanita. Jam kerja yang ditetapkan di perkebunan tebu yaitu 10 jam sehari dalam sepekan pukul 07.00-17.00. Namun masih terdapat ketimpangan dalam penggajian di mana gaji pekerja laki-laki terendah 50 sen (1927) sedangkan gaji perempuan terendah 39 sen (1924,1930).

Pabrik Gula Tasikmadu yang secara resmi menjadi milik Pemerintah Republik Indonesia pada 1952 masih terus beroperasi hingga berpuluh tahun kemudian. Namun sejak 2005 sebagian kawasan pabrik gula tersebut dikelola menjadi tempat wisata, yakni Agrowisata Sondokoro. 

Status Kepemilikan

Sejarah perubahan status kepemilikan atas Pabrik Gula Tasikmadu sendiri diawali dari upaya Pemerintah Indonesia untuk
memperbaiki keadaan ekonomi setelah Kemerdekaan Indonesia melalui jalan nasionalisasi perusahaan-perusahaan swasta maupun asing dengan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1946. Kemudian pemerintah berusaha memperluas cakupan atas pengelolaan perusahaan-perusahaan perkebunan lain, termasuk Pabrik Gula Tasikmadu, yakni dengan membentuk PPRI pada  1947.

BACA JUGA: Jadi Sentra Produksi Gula di Zaman Belanda, Ini 9 Pabrik Gula Pernah Ada di Sleman

Praja Mangkunegaran sempat berhasil menguasai kembali pengelolaan atas Pabrik Gula Tasikmadu berkat kerja samanya dengan Pemerintah Belanda pada masa kepemimpinan Mangkunegaran VIII. Namun kemudian adanya pengakuan kedaulatan Pemerintah Indonesia oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1949 membuat kekuasaan atas pabrik gula tersebut berpindah lagi ke Pemerintah Indonesia. 

Hingga akhirnya pada tahun 1952 Pabrik Gula Tasikmadu secara sah menjadi milik Pemerintah Indonesia melalui sebuah persidangan yang melibatkan juga Praja Mangkunegaran. Tahun 1952-1961 merupakan masa dimana Pemerintah Indonesia menasionalisasi perusahaan-perusahaan asing dan kemudian menggabungkannya dengan perusahaan-perusahaan yang telah dinasionalisasi  sebelumnya ke dalam satu badan pengelolaan nasional dengan nama Badan Pimpinan Umum Perusahaan Perkebunan Negara atau BPU-PPN.

Pada masa pemerintahan Mangkunegara VIII, tepatnya pada tahun 1952, Pabrik Gula Tasikmadu yang sebelumnya dikelola oleh Dana Milik Mangkunegaran telah dinasionalisasi oleh Pemerintah Republik Indonesia. Pabrik Gula Tasikmadu kemudian dikelola oleh PPRI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Espos

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Tarif dan Rute DAMRI Bandara YIA ke Kebumen dan Purworejo

Jogja
| Kamis, 24 April 2025, 03:47 WIB

Advertisement

alt

Hidup dalam Dunia Kartun Ala Ibarbo Fun Town

Wisata
| Sabtu, 12 April 2025, 10:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement