Advertisement

Tradisi Kungkum Malam 1 Sura dan Kisah Tugu Soeharto Semarang

Newswire
Sabtu, 06 Juli 2024 - 11:47 WIB
Sunartono
Tradisi Kungkum Malam 1 Sura dan Kisah Tugu Soeharto Semarang Tugu Soeharto di Kelurahan Bendan Duwur, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang, Jawa Tengah, biasanya ramai dikunjungi masyarakat menjelangmalam satu Sura. - Solopos.

Advertisement

Harianjogja.com, SEMARANG—Tugu Soeharto di Kelurahan Bendan Duwur, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang, Jawa Tengah, biasanya ramai dikunjungi masyarakat menjelang malam satu Sura.

Lokasi tersebut juga kerap didatangi masyarakat lokal maupun luar kota yang melakukan tradisi kungkum atau berendam di tempuran Sungai Kaligarang dan Kali Kreo. Aapakah ada hubungan sejarah antara Tugu Soeharto dan tradisi kungkum setiap malam satu Sura?

Advertisement

Salah seorang pemerhati sejarah Kota Semarang, Johanes Christiono, menyebut Tugu Soeharto dibangun sekitar tahun 1965. Sedangkan pihak yang memelopori berdirinya tugu tersebut adalah seorang guru spiritual Soeharto, Romo Diyat.

“Jadi sejarahnya ketika agresi Belanda tahun 1945, Pak Soeharto yang kala itu masih menjabat Pangdam IV Diponegoro terselamatkan disini karena kungkum untuk bersembunyi,” kata Johanes kepada Solopos.com, Sabtu (6/7/2024).

Namun Johanes tidak mengetahui secara persis alasan Romo Diyat membangun Tugu Soeharto di area Sungai Kaligarang tersebut. “[Soal alasan didirikan Tugu Soeharto] saya tidak tahu untuk apa,” imbuh mantan wartawan Suara Merdeka tersebut.

Lebih lanjut, Johanes membeberkan semula Tugu Soeharto didirikan di tengah kali. Tetapi tahun 1990an, tugu berukuran 8 meter itu sempat roboh disapu banjir bandang. Tugu Soeharto kemudian dibangun ulang. Setelah itu, barulah dibangun jembatan di atas Sungai Kaligarang.

Disinggung ihwal sejarah tradisi kungkum yang kini menjadi tradisi warga setempat. Johanes justru enggan berkomentar panjang. Menurutnya, tradisi kungkum itu muncul secara tiba-tiba dan semakin marak pascapembangunan Tugu Soeharto. Berdasarkan cerita dari mulut ke mulut, tradisi kungkum di malam Sura untuk sekadar membersihkan diri atau menolak bala.

Bagi orang Jawa, malam 1 Sura dianggap sakral. Mereka melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan leluhur seperti tirakat, membersihkan keris dan lain-lainnya.

“Saya masih ingat rentang 1970-2000 ramai sekali orang yang mengikuti tradisi kungkum. Seiring perkembangan zaman, niat orang mengikuti kungkum macam-macam mulai cari jodoh sampai nomor,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Solopos

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pakar Energi Geothermal UGM Sarankan Peningkatan Data Eksplorasi Panas Bumi

Sleman
| Sabtu, 05 Oktober 2024, 14:17 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Jogja lewat Diorama

Wisata
| Rabu, 02 Oktober 2024, 22:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement