Advertisement

Duh, 50 Persen Air Sumur di Kota Solo Tercemar dan Tak Layak Konsumsi

Candra Septian Bantara
Sabtu, 19 Juli 2025 - 15:37 WIB
Abdul Hamied Razak
Duh, 50 Persen Air Sumur di Kota Solo Tercemar dan Tak Layak Konsumsi Sumur - Ilustrasi - Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, SOLO— Separuh atau 50% air tanah di Kota Solo tidak layak konsumsi karena tercemar bakteri patogenik seperti Giardia dan Cryptosporidium. Bila tetap dikonsumsi masyarakat secara terus menerus, air tersebut bisa memicu gangguan kesehatan.

Pencemaran tersebut terungkap berdasarkan data Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (DIKPLHD) 2024 yang diterbitkan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Solo. Pada 2024 lalu, DLH menemukan pencemaran total coliform atau pencemaran bakteri patogenik seperti Giardia dan Cryptosporidium di sumur-sumur masyarakat.

Advertisement

BACA JUGA: Launching Koperasi Desa Merah Putih Digelar 21 Juli di Klaten, Bakal Dihadiri Presiden Prabowo

Nilai standar baku mutu total coliform berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 2 Tahun 2023 adalah 0 mg/L. Akan tetapi hasil pengukuran kualitas air sumur untuk parameter total coliform di semua titik pemantauan masih menunjukan hasil melampaui baku mutu yakni ada yang 40 mg/L, 100 mg/L, dan 25mg/L.

Adanya bakteri coli atau coliform karena lokasi sumur yang berdekatan dengan tangki septik (septic tank). Parameter lain yang angka rata-ratanya masih di atas standar baku adalah kandungan krom heksavelen dan mangan.

Kepala Puskesmas Gajahan, dr Farahdila Mirshanti menjelaskan coliform adalah bakteri yang normal berada di saluran pencernaan. Namun ada jenis bakteri coliform yang berbahaya adalah E.Coli.

BACA JUGA: Fenomena Embun Upas Alias Membeku di Dieng, Suhu Minimum Capai Minus 2 Derajat Celcius


Farah mengatakan bakteri E.Coli menyebar atau menular dikarenakan mengonsumsi makanan atau minuman yang tercemar bakteri tersebut. Salah satu penyakit yang bisa ditimbulkan bakter itu adalah diare (gastroenteritis).

“Diare karena infeksi E.Coli bisa berbahaya, bilamana dialami anak-anak karena menimbulkan dehidrasi. Selain itu, infeksi bakteri E.Coli juga bisa menimbulkan gejala-gejala seperti mual, muntah, diare, dan demam,” kata dia kepada Espos, Sabtu (12/7/2025).

Sedangkan pencemaran kromium heksavalen, lanjut Farah, adalah hasil oksidasi logam berat kromium, yang biasanya dihasilkan dari limbah industri seperti tekstil, penyamakan kulit, dan pelapisan logam.

Kromium heksavalen dapat menyebabkan gangguan kesehatan mulai yang riang seperti iritasi dan reaksi alergi, sampai yang berat seperti kanker, karena krom heksavalen bersifat karsinogenik.

“Untuk kasus alergi atau iritasi juga dijumpai [di Puskesmas], tetapi sulit dipastikan penyebabnya adalah krom heksavalen, kecuali pasien jelas memiliki riwayat kontak dengan alergen [krom heksavalen] misal pada perajin kulit, pelapisan aksesoris motor, atau pekerja tekstil yang menggunakan pewarna kain dengan bahan dasar kimia mengandung krom,” jelas dia.

“Dibandingkan diare karena bakteri E.Coli akibat dari pencemaran air krom heksavalen agak sulit dipastikan penyebabnya, karena bahan karsinogenik membutuhkan waktu lama sebelum memunculkan penyakit,” tambah dia.

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dalam laman resminya menyebut menyarankan masyarakat agar memasak atau merebus air yang akan kita konsumsi hingga mendidih. Cara ini sangat efektif untuk mematikan semua patogen yang ada dalam air seperti virus, bakteri, spora, fungi dan protozoa.

Lama waktu air mendidih yang dibutuhkan adalah berkisar 5 menit, namun lebih lama lagi waktunya akan lebih baik, direkomendasikan selama 20 menit.

Diberitakan sebelumnya, diare menjadi penyakit yang paling banyak diderita warga Kota Solo selama 2024 dengan jumlah kasus mencapai 11.434. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Solo menyebut jumlah kasus diare tersebut naik sekitar 58 persen dari tahun sebelumnya sebanyak 7.209 kasus.

Dilihat dari wilayah persebaran penyakit diare di Solo, Kecamatan Jebres menjadi wilayah dengan jumlah penderita paling banyak, yakni 3.533 kasus. Disusul Banjarsari 3.064 kasus, Laweyan 2.161 kasus, Pasar Kliwon 1.856 kasus dan Serengan 820 kasus.

Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo, Retno Erawati Wulandari, tidak menampik soal data jumlah kasus diare di Kota Solo yang tergolong tinggi. Retno meminta masyarakat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

“Masyarakat perlu menjaga kebersihan diri dan lingkungan dengan PHBS [perilaku hidup bersih dan sehat],” kata dia melalui pesan WhatsApp kepada Espos, Rabu (16/7/2025).

Ada banyak indikator PHBS dari Kemenkes yang bisa dilakukan warga. Di antaranya, mencuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah makan, mengonsumsi makanan sehat dan bergizi, menggunakan air bersih, menggunakan jamban sehat dan melakukan aktivitas fisik setiap hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : espos.id

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

TIP TAP TOE: Ciptakan Momen Pernikahan Tak Terlupakan Milik Anda Sendiri

Sleman
| Sabtu, 19 Juli 2025, 18:37 WIB

Advertisement

alt

Agenda Wisata di Jogja 19-31 Juli 2025, dari Pertamax Turbo Drag Fest 2025, Gamelan Festival, KAI Bandara Night Fun Run hingga Tour De Merapi

Wisata
| Sabtu, 19 Juli 2025, 10:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement