Advertisement

Makam Patih Kudanawarsa di Wonogiri Banyak DIkunjungi

Muhammad Diky Praditia
Sabtu, 15 Juni 2024 - 12:17 WIB
Sunartono
Makam Patih Kudanawarsa di Wonogiri Banyak DIkunjungi Makam Patih Kudanawarsa di Dusun Mantenan, Desa Jaten, Selogiri, Wonogiri, Jumat (14/6/2024). - Solopos/Muhammad Diky Praditia.

Advertisement

Harianjogja.com, WONOGIRI—Sebuah makam di Dusun Mantenan, Desa Jaten, Kecamatan Selogiri, Wonogiri dipercaya oleh masyarakat sebagai tempat dikuburkannya jasad Kudanawarsa. Ia merupakan patih yang menjadi panglima perang Raden Mas (RM) Said atau Pangeran Sambernyawa.

Di kompleks makam itu, Kudanawarsa berada di dalam bangunan seperti rumah. Di sebelahnya, ada satu makam lain yang dipercaya masyarakat sebagai makam Suryanagara, salah satu anak dari Pangeran Sambernyawa.

Advertisement

Di teras bangunan, ada empat makam yang berjejer yang diketahui sebagai makam pengawal Kudanawarsa. Di samping pintu masuk bangunan makam, terdapat plakat bertuliskan KRMT Kudanawarsa. Lambang Pura Mangkunegaran terpasang di bagian atas pintu tersebut.

BACA JUGA : Wayang Jogja Night Carnival Gabungkan Antara Tokoh dan Lakon Pewayangan

Juru Kunci Makam Tumenggung Kudanawarsa, Rangga Mulyanto, 78, menceritakan berdasarkan kisah turun-temurun dari para pendahulunya, Kudanawarsa dipercaya sebagai orang dekat Pangeran Sambernyawa. Kudanawarsa juga asli dari Selogiri.

Kudanawarsa didapuk sebagai patih karena kepiawaiannya berperang melawan penjajahan Belanda pada masa lalu. Patih itu pandai dalam strategi perang. Bahkan dipercaya memiliki kesaktian yang sangat jarang dimiliki penggawa Raden Mas Said yang lain. Kudanawarsa diyakini bisa menghilang atau menyatu dengan sesuatu yang dia tabrak.

”Misalnya waktu beliau dikejar musuh, terus menabrak pohon pisang, beliau akan masuk, menjadi satu dengan pohon pisang itu. Jadi musuh tidak bisa melihat. Cerita yang saya dapat dari simbah-simbah kula ngoten niku,” kata Mulyanto saat ditemui JIBI/Solopos di rumahnya, Desa Jaten, Jumat (14/6/2024).

Meski makamnya masih ada sampai sekarang, penyebab kematian Patih Kudanawarsa diliputi misteri. Mulyanto mengaku tidak mengetahui persis kapan Patih Kudanawarsa meninggal dunia.

Sedangkan mengenai penyebab kematiannya, dia meyakini tokoh penting dalam perjuangan Pangeran Sambernyawa melawan penjajah itu meninggal bukan karena sakit atau kalah berperang.

Sebab, Kudanawarsa diceritakan tidak pernah mengalami sakit parah. Yang dia tahu, kematian tokoh penting dalam cikal bakal Kadipaten Mangkunegaran itu terjadi mendadak begitu saja. “Menawi gerah nggih namung pilek, masuk angin,” ujar dia.

Mbah Mul, sapaan akrabnya, menerangkan banyak orang dari Wonogiri maupun luar daerah yang datang berziarah ke Makam Kudanawarsa. Mereka biasanya meminta hajat tertentu saat berziarah di makam tersebut.

Tidak ada malam khusus bagi orang untuk berziarah. Tetapi biasanya saat malam Jumat dan Selasa ada satu-dua orang dari luar daerah berziarah di makam itu.

”Orang yang berziarah ke sini banyak dari luar, dari Klaten ada, dari luar Jawa juga ada, seperti Sumatra, Kalimantan. Mereka biasanya orang Jawa yang merantau ke sana,” terang Mulyanto.

Cerita meninggalnya Patih Kudanawarsa di lokasi tersebut menjadi cikal bakal penamaan Dusun Mantenan. Ketua RW Dusun Mantenan, Sutejo, mengatakan penamaan Dusun Mantenan berawal dari kisah Tumenggung Kudanawarsa yang menjadi patih Pangeran Sambernayawa pada masa peperangan dengan kolonial Belanda.

Dalam masa peperangan itu, Patih Kudanawarsa tiba-tiba meninggal dunia. Saat tokoh itu meninggal, banyak sekali warga yang mengikuti pemakamannya. Kematiannya mengakibatkan duka mendalam bagi banyak warga setempat. Pada saat yang sama, pasukan Belanda terus mengejar rombongan Pangeran Sambernyawa. Termasuk pada saat kematian Patih Kudanawarsa.

Ketika Patih Kudanawarsa meninggal, semua orang sepakat untuk mengatakan kepada pasukan Belanda bahwa keramaian itu bukan karena ada kematian, tetapi acara mantenan atau pernikahan warga desa.

“Hal itu sebagai cara mengelabui pasukan Belanda agar mereka tidak menyerbu pasukan Sambernyawa yang tengah kehilangan patihnya,” kata Sutejo.

Menurut Sutejo, skenario mengelabui tentara Belanda itu ternyata berhasil. Proses pemakaman Tumenggung Kudanawarsa berjalan lancar. Pangeran Sambernyawa pun tidak diserang secara mendadak. Dari kisah tersebut, wilayah tersebut yang berada di Desa Jaten, Selogiri, Wonogiri, dikenal warga sebagai Mantenan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Bupati Sleman Raih Penghargaan Tokoh Publik Pegiat Anti Narkoba

Sleman
| Rabu, 26 Juni 2024, 19:07 WIB

Advertisement

alt

Inilah Rute Penerbangan Terpendek di Dunia, Naik Pesawat Hanya Kurang dari 2 Menit

Wisata
| Sabtu, 22 Juni 2024, 11:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement