Advertisement

Dalam Empat Bulan, 7 Warga Sukoharjo Meninggal Dunia karena DBD

R Bony Eko Wicaksono
Jum'at, 10 Mei 2024 - 08:47 WIB
Ujang Hasanudin
Dalam Empat Bulan, 7 Warga Sukoharjo Meninggal Dunia karena DBD Foto ilustrasi. - Ist/Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, SUKOHARJO—Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah mencatat selama periode Januari-April 2024 terdapat 280 penderita demam berdarah, tujuh di antaranya meninggal dunia. 

Penyakit DBD menjadi atensi serius pemerintah daerah lantaran tingginya kasus penyakit menular itu sejak dua-tiga bulan terakhir. Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo terus berupaya melakukan pencegahan untuk memutus mata rantai penularan penyakit DBD.

Advertisement

Tidak hanya kalangan anak-anak, virus dengue yang ditularkan lewat gigitan nyamuk aedes aegypti juga menjangkiti remaja dan orang dewasa. Mereka mengalami gejala seperti demam tinggi, mual, dan muntah serta nyeri otot dan persendian.

“Selama periode Januari-April, ada 280 kasus DBD di Sukoharjo. Tujuh penderita DBD meninggal dunia,” kata Kepala DKK Sukoharjo, Tri Tuti Rahayu, Jumat (10/5/2024).

Tuti, sapaan, akrabnya, ketujuh penderita DBD yang meninggal dunia berasal dari Kecamatan Sukoharjo, Tawangsari, Nguter, Mojolaban, Bulu, dan Weru. Sebagian besar penderita DBD yang meninggal dunia merupakan anak-anak.

Dia mencatat kasus DBD hampir merata muncul di setiap kecamatan di Kabupaten Jamu. “Kasus DBD paling banyak di wilayah Weru, yakni 78 kasus dengan dua penderita meninggal dunia. Kemudian, disusul Tawangsari dengan 51 kasus dan satu penderita meninggal dunia,” ujar dia.

BACA JUGA: Puluhan Orang Meninggal Dunia Akibat DBD di Klaten

Lebih jauh, DKK Sukoharjo telah berkoordinasi dengan puskesmas di setiap kecamatan untuk menggerakkan masyarakat agar melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di wilayahnya masing-masing.

Gerakan PSN dinilai paling efektif dalam mencegah penularan penyakit DBD dengan membasmi telur nyamuk.di lingkungan rumah, sekolah dan pabrik. Masyarakat diberdayakan menjadi kader kesehatan untuk membersihkan telur-telur nyamuk di lingkungan rumahnya masing-masing.

Petugas juru pemantau jentik (jumantik) di setiap desa/kelurahan juga dioptimalkan untuk mencegah merebaknya DBD.

“Paling efektif mengintensifkan gerakan PSN untuk membasmi jentik-jentik nyamuk. Paling tidak di lingkungan tempat tinggal. Bak mandi dibersihkan secara rutin. Selokan air di sekitar rumah juga dibersihkan,” ujar dia.

Sebelumnya, Bupati Sukoharjo, Etik Suryani juga menaruh perhatian terhadap perkembangan kasus DBD di Sukoharjo. Etik mendorong agar masyarakat diberdayakan menjadi kader kesehatan untuk membersihkan jentik-jentik nyamuk di lingkungan rumahnya masing-masing.

Warga bisa membersihkan bak mandi, perabotan rumah tangga di halaman rumah maupun selokan air yang mampat sehingga menimbulkan genangan air.

Bila genangan air di area rumah tidak dibersihkan berpotensi menjadi tempat bertelurnya nyamuk. “Jangan lupa juga pola hidup bersih dan sehat (PHBS) bisa diterapkan saat beraktivitas sehari-hari. Ini juga penting untuk mencegah agar tidak menderita sakit,” urai dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Solopos.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pilkada Gunungkidul, Program Director Trans7 Dekati Sunaryanta

Gunungkidul
| Senin, 20 Mei 2024, 19:27 WIB

Advertisement

alt

Lokasi Kolam Air Panas di Jogja, Cocok untuk Meredakan Lelah

Wisata
| Senin, 20 Mei 2024, 07:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement