Advertisement
Warga Boyolali Geruduk SMAN 1 Cepogo Gegara Guru Injak Punggung Siswa

Advertisement
Harianjogja.com, BOYOLALI—Puluhan warga menggeruduk SMAN 1 Cepogo Boyolali pada Rabu (10/9/2025) untuk memprotes kejadian guru Matematika yang diduga menginjak punggung siswa sekolah itu hingga kesakitan.
Nanang W.N, tetangga korban mengatakan pada Selasa (9/9/2025) malam melihat korban YS, 18, linglung dan tidak makan saat kegiatan kumbokarnan pernikahan di desa. Ia pun menanyakan dan YS mengatakan sedang kesakitan.
Advertisement
Remaja itu kemudian mengaku punggungnya sakit setelah diinjak oleh gurunya beberapa waktu lalu. Diketahui, YS adalah siswa kelas XI di SMAN 1 Cepogo Boyolali.
“Akhirnya semalam saya visumkan ke RSUD Pandan Arang Boyolali. Nanti hasilnya bakal kami serahkan ke polisi. Kami tadi datang kan klarifikasi, intinya guru sudah mengakui bahwa dia menginjak tiga murid, tapi tetangga saya yang posisinya di tengah. Setelah diinjak, yang dua bangun dan satu itu enggak bangun, menangis, lalu berdiri enggak bisa apa-apa,” kata dia saat dihubungi Espos, Rabu (10/9/2025).
BACA JUGA: Mensos Minta Wali Asuh dan Wali Asrama Sekolah Rakyat Dampingi Siswa dengan Hati
Nanang mengatakan setelah kejadian tersebut, YS dibopong diantar pulang dan tidak diperiksakan ke rumah sakit atau dirontgen. Nanang menyesalkan mengapa pihak sekolah tak segera mengantarkan si anak periksa ke medis tapi dibawa ke tukang pijat lalu diberi uang Rp100.000.
“Dia kemarin enggak berani. Kemarin itu ada statemen cah cilik lawan begitu nanti kalah. Akhirnya tidak cerita, tahunya saya semalam. Dia kayak orang linglung, belum merasakan enak, tapi dipaksa berangkat sekolah sebisanya, makan juga enggak mau,” kata warga Sengon, Desa Mliwis, tersebut.
Warga tidak terima dan mengajak menggeruduk sekolah untuk memintai pertanggungjawaban. Terlebih, lanjut Nanang, YS masih merasakan sakit.
Puluhan warga yang menaiki sepeda motor meminta bertemu guru yang menginjak YS. Lalu, perwakilan warga termasuk Nanang melakukan pertemuan dengan pihak sekolah dan dimediasi dari Polsek serta Danramil Cepogo.
“Tuntutan warga, pas mediasi klarifikasi, guru itu seolah kayak petentang petenteng. Tadi kan perwakilan bicara saya, tadi kok guru seolah hanya menceritakan kronologi mengakui ini diinjak,” kata dia.
Ia mengatakan ketika guru bersangkutan tidak ada iktikad baik maka diminta akan diproses hukum hingga di kedinasan. Nanang tidak ingin ada lagi kekerasan di sekolah terjadi terlebih di SMAN 1 Cepogo.
“Si bocah itu enggak ada riwayat kecetit kok, kalau ada yang bilang ada itu salah. Itu diinjak langsung enggak bisa bangun dan nangis. Bocah itu anak yatim lho,” kata dia.
Nanang mengatakan kejadian sudah beberapa saat, akan tetapi bocah dan keluarganya tidak berani bertindak karena merasa kalah. Setelah divisum, keluarga menyerahkan hal tersebut ke tetangga lingkungan sekitar.
Respons Sekolah
Sementara itu, Plt Kepala SMAN 1 Cepogo, Djoko Heriyanto, menyampaikan sekolah memohon maaf kepada keluarga dan masyarakat atas kelakuan oknum guru matematika inisial H. Ia mengakui hal tersebut tidak sesuai ketentuan dan tentunya salah.
Ia mengakui tidak pernah ada aturan yang mengatur guru membuat hukuman ke siswa dengan cara kekerasan. Terlebih, SMAN 1 Cepogo Boyolali adalah sekolah anti-bullying.
Djoko menjelaskan peristiwa pada Rabu (27/8/2025), di mana pada saat pembelajaran ada tiga anak yang tidur tengkurap di lantai sisi belakang kelas. Ketika dibangunkan tidak bangun, kemudian guru H berusaha membangunkan dengan berjalan menginjak tiga siswa tersebut di bagian punggung.
“Bukan menginjak-injak, tapi berjalan menginjak. Jadi seperti jalan biasa, lalu yang dua bangun. Yang satu kok enggak bangun-bangun katanya sakit di punggung. Cerita juga katanya sudah pernah riwayat sakit kecetit di punggungnya itu. Si anak itu di rumah juga sudah bekerja membantu orang tua, di tegal, dan sebagainya. Beberapa kali tercetit, ketika tercetit itu kejang,” kata dia.
Melihat hal tersebut, guru matematika H itu memanggil guru olahraga untuk penanganan pertama. Lalu, karena guru olahraga tidak ada kemudian ada siswa yang mengatakan memiliki tetangga tukang urut. Kemudian, dibawa YS dibawa ke tukang urut. Setelah selesai, informasinya si anak sehat dan pada malam hari si anak sudah menonton voli. Namun, ia mengatakan pada Kamis (28/8/2025) siswa tidak masuk.
Lalu, guru pada Kamis berkunjung ke sana dan sang anak sudah sehat. Pada Jumat (29/8/2025) sang anak masuk hingga Selasa (9/9/2025) kemarin. Baru Rabu ini tidak berangkat.
“Kata kakaknya dengan gurunya itu komunikasi, sudah sehat. Saya kemudian tidak tahu massa muncul, dari keluarga tidak ada masalah,” kata dia.
Kemudian, karena ada kehendak warga untuk bertemu pihak sekolah maka Djoko dan jajaran bertemu dengan warga. Djoko mengatakan tuntutan warga adalah harus ada sikap untuk guru yang bersangkutan. Ia mengatakan sekolah tidak memiliki kewenangan untuk mengambil sikap tadi dinas terkait sesuai instansi yang menugaskan.
“Maka hal ini saya serahkan ke dinas, saya akan koordinasi ke dinas. Guru yang bersangkutan saya kembalikan ke dinas,” kata dia.
Sementara itu, Kapolsek Cepogo, AKP Agung Setiawan, menyampaikan awalnya hanya mendapatkan informasi lima warga yang akan datang mediasi ke SMAN 1 Cepogo Namun, ternyata ada 20-an warga.
Kemudian anggota dari Polsek Cepogo dibantu Koramil Cepogo datang untuk menjaga situasi keamanan dan ketertiban masyarakat. “Kami sudah komunikasi dengan sekolah dan siap. Kami hanya pantau dari kejauhan. Lalu, informasi berkembang ternyata banyak yang datang,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : espos.id
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Viral Remaja Menenteng Celurit Bikin Resah, Polisi Tangkap 5 Pelajar
Advertisement

Wisata Favorit di Asia Tenggara, dari Angkor Wat hingga Tanah Lot
Advertisement
Berita Populer
Advertisement
Advertisement