Advertisement

Mendiang Mbok Yem Pemilik Warung Tertinggi di Pulau Jawa: Jual Menu Mewah Harga Murah untuk Pendaki Gunung Lawu

Tim Espos
Rabu, 23 April 2025 - 19:57 WIB
Sunartono
Mendiang Mbok Yem Pemilik Warung Tertinggi di Pulau Jawa: Jual Menu Mewah Harga Murah untuk Pendaki Gunung Lawu Mendiang Mbok Yem saat memasak di Warung Puncak Gunung Lawu. - Espos.

Advertisement

Harianjogja.com, MAGETAN—Pemilik warung legendaris di Puncak Gunung Lawu, Wakiyem alias Mbok Yem meninggal dunia pada Rabu (23/4/2025). Para pendaki banyak memiliki kenangan ketika menyantap menu makanan di warung Mbok Yem.

Legenda Gunung Lawu itu meninggal dunia di usia 82 di kediamannya, Dusun Dagung, Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Magetan, Jawa Timur, Rabu (23/4/2025). 

Advertisement

Nama Mbok Yem menjadi legenda di Puncak Gunung Lawu setelah membuka warung makan pertama di puncak Gunung Lawu sejak 1980-an. Warungnya menjadi jujugan para pendaki yang berada di puncak Gunung Lawu karena menyediakan tempat jualannya sebagai persinggahan pendaki yang kedinginan. 

Warung Mbok Yem juga menyediakan makanan mewah bagi pendaki dan sangat murah meski berada di puncak Gunung Lawu. Warung Mbok Yem sangat sederhana. Menunya, nasi pecel dan telur ceplok. Sangat mewah bagi pendaki yang sudah lelah berjalan dan butuh energi.

BACA JUGA: Kabar Duka! Pemilik Warung Puncak Gunung Lawu Mbok Yem Meninggal Dunia

Seporsinya Rp15.000, tak mahal bahkan jika dibandingkan dengan warung di ketinggian normal. Untuk teh panas cukup ditebus Rp5.000 saja. Dari warung sederhana itu Mbok Yem menjadi sahabat bagi pendaki Gunung Lawu. Sudah tinggal menetap di Gunung Lawu sejak 1980-an. Mbok Yem selalu turun saat Idulfitri atau ketika ada keluarga yang sedang punya hajat.

Mbok Yem bahkan tidak menyangka warung sederhananya begitu terkenal di kalangan pendaki. Dia awalnya hanya mencari jamu di Gunung Lawu. Suatu ketika dia pun berinisiatif menjual makanan. Siapa sangka ternyata pelanggannya cukup banyak hingga akhirnya membuka warung.

"Awalnya nyari jamu. Terus jualan makanan. Pelanggannya banyak, saya buka warung," kata Wakiyem dalam video viral yang diunggah pengguna akun Instagram @tengok_indonesia17 dan dibagikan ulang @jelajahsolo, Rabu 9 Januari 2019 sebagaimana dilansir Espos Rabu (23/4/2025).

Salah satu pendaki yang juga berprofesi sebagai jurnalis Mariyana Ricky P.D membagikan kisahnya di Espos tentang sosok Mbok Yem. Ia sudah lima kali mendaki Gunung Lawu dan selalu menyempatkan mampir ke warung Mbok Yem.

Pada Sabtu 12 Mei 2018 silam, ia sempat mengobrol dan memotret Mbok Yem. Kala itu, meminta izin untuk mengambil foto dirinya saat menggoreng telur.

“Ngopo mbok foto aku [kenapa aku difoto],” tanya Mbok Yem,

“Ngge kenang-kenangan, mbok, meh tak lebokne koran, [buat kenang-kenangan, mau saya masukkan koran]," jawabnya.

Terakhir ia mendaki Gunung Lawu pada Kamis (3/4/2025) lalu, masih momen libur Lebaran, melalui Jalur Cemoro Sewu. Ia memilih naik dulu ke Hargo Dumilah, baru turun ke Hargo Dalem, untuk kemudian turun lagi ke Basecamp Cemoro Sewu.

Saat itu, sempat mampir ke Warung Mbok Yem namun tak bertemu dengan sosok yang sama yang penulis temui di pendakian sebelumnya, hanya keluarganya yang mengelola. Mbok Yem sudah turun gunung sejak awal 2025 lalu karena sakit.

Warung Mbok Yem sangat sederhana. Menunya, nasi pecel dan telur ceplok. Sangat mewah bagi pendaki yang sudah lelah berjalan dan butuh energi.

BACA JUGA: Mengenang Mendiang Mbok Yem Pemilik Warung Legendaris, 30 Tahun Hidup di Puncak Gunung Lawu Jadi Sahabat Pendaki

Seporsinya Rp15.000, tak mahal bahkan jika dibandingkan dengan warung di ketinggian normal. Untuk teh panas cukup ditebus Rp5.000 saja.

Salah seorang pendaki, Dimas Pramudya, 33, mengaku baru kali pertama mendaki Gunung Lawu. Meski tak bertemu dengan Mbok Yem, ia cukup puas sudah pernah menyambangi warung tertinggi di Pulau Jawa itu.

“Nasi pecel 3 porsi, teh panas 3 gelas, kopi dan energen masing-masing satu gelas, totalnya Rp75.000, enggak mahal,” kata warga Karawang Jawa Barat itu, kepada Espos, Rabu (23/4/2025).

Dimas mengaku selain Hargo Dumilah, tujuannya mendaki Gunung Lawu adalah menyantap nasi pecel Mbok Yem.

Turun Gunung

Pendaki lain, Ening Budi, 46, mengaku selalu nongkrong di warung Mbok Yem setiap kali mendaki Gunung Lawu. Dia sudah mendaki gunung itu sekurangnya 10 kali seumur hidupnya.

“Kalau iseng ya foto sama Temon, monyet yang dipelihara Mbok Yem. Fotonya dari jauh, kayaknya Temon cuma mau nurut sama Mbok Yem, buktinya mau dipangku-pangku,” cerita warga Sragen itu.

Ening menyebut keberadaan Mbok Yem sangat membantu pendaki karena bisa mengurangi berat logistik yang dibawa saat pendakian. "Logistiknya sudah pasrah ke Mbok Yem, karena tinggal pesan makan. Saat mau summit [perjalanan ke puncak] atau sesudah summit untuk bekal turun gunung. Jadi, pendaki enggak perlu bawa logistik banyak-banyak," kenangnya.

BACA JUGA: Tak Perlu Khawatir Kelaparan di Puncak Lawu, Ada Warung Mbok Yem di Ketinggian 3.150 MDPL

Mbok Yem disemayamkan di kediamannya di Dusun Dagung, Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan sebelum dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) dusun setempat.

Sebagai informasi, Mbok Yem biasanya turun gunung saat bulan puasa menjelang Lebaran. Namun tahun ini, ia turun lebih awal, tepatnya awal Februari lalu karena kondisi kesehatannya yang menurun. Mbok Yem sempat dirawat di RSU Aisyiyah Ponorogo. Berdasarkan hasil pemeriksaan medis tim dokter, Mbok Yem mengalami pneumonia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Espos

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Jadwal KA Prameks dari Purworejo ke Jogja Hari Ini 24 April 2025

Jogja
| Kamis, 24 April 2025, 03:17 WIB

Advertisement

alt

Hidup dalam Dunia Kartun Ala Ibarbo Fun Town

Wisata
| Sabtu, 12 April 2025, 10:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement