Advertisement

Penyakit Mulut dan Kuku Merebak, Pasar Sapi di Klaten Sepi

Taufik Sidik Prakoso
Senin, 03 Februari 2025 - 22:27 WIB
Maya Herawati
Penyakit Mulut dan Kuku Merebak, Pasar Sapi di Klaten Sepi Sapi, hewan kurban / Ilustrasi freepik

Advertisement

Harianjogja.com, KLATEN—Merebaknya kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada ternak membuat pasar sapi di Kecamatan Jatinom, Klaten, Jawa Tengah kini sepi.

Pasar sapi Jatinom yang berada di Desa Bonyokan buka lima hari sekali setiap pasaran Legi. Berdasarkan pantauan Senin (3/2/2025) sekitar pukul 10.00 WIB, kondisi pasar sapi tersebut kosong melompong.

Advertisement

Tak ada satu pun ternak tampak dijual di pasar itu. Hanya terlihat beberapa orang yang mengobrol di lapak-lapak tepi pasar. Hanya terlihat aktivitas para pandai besi di pintu masuk serta dua orang menunggu giliran pijat di salah satu sudut pasar.

Biasanya pada jam segitu saat pasaran Legi, kondisi pasar sapi tersebut penuh ternak yang didatangkan dari berbagai daerah. Tak hanya sapi, pasar itu dipenuhi peternak yang berdatangan untuk menjual maupun membeli sapi.

Salah satu warga di lokasi tersebut, Suwalip, 50, mengungkapkan sejak pagi kondisi pasar sepi. Biasanya, pasar ramai dijejali pedagang, pembeli, maupun ternak terutama pukul 10.00 WIB. Ia menjelaskan sejak pagi hingga pukul 10.00 WIB hanya ada tujuh sapi yang sempat dibawa masuk ke pasar itu dan kemudian balik lagi.

“Kalau pasaran sebelumnya itu hanya sembilan ekor,” kata Suwalip yang berasal dari Semarang saat ditemui di Pasar Sapi Jatinom, Senin (3/2/2025).

BACA JUGA: Mendagri Pastikan Pelantikan Kepala Daerah Dilaksanakan 20 Februari

Suwalip sering mendatangi pasar sapi Jatinom saban Legi. Dia menjelaskan kondisi pasar sapi Jatinom kosong melompong sudah empat kali pasaran ini atau sejak hampir sebulan terakhir.

Suwalip yang siang itu berbincang dengan sejumlah warga lainnya mengungkapkan tidak ada penutupan pasar. Hanya, kondisi pasar sepi penjual dan pembeli lantaran pedagang maupun peternak sama-sama khawatir ternak mereka terkena PMK jika keluar kandang. 

“Bakul mau bawa sapi sehat ke pasar takut ketularan, peternak mau beli takut sapinya kena PMK,” kata Suwalip bersama warga lainnya.

Tak hanya membuat pasar hewan sepi, Suwalip merebaknya kasus PMK berdampak pada menurunnya harga ternak. “Kalau penurunan harga jelas ada. Penurunannya sampai Rp1,5 juta,” jelas Suwalip.

Warga lainnya, Sugino, 46, mengungkapkan biasanya ada lebih dari 500 sapi di pasar sapi Jatinom pada pasaran Legi. Dia juga menjelaskan kondisi itu terjadi lantaran pedagang maupun peternak waswas membawa ternak mereka ke pasar sejak ramai kabar merebaknya kasus PMK.

Sugino yang merupakan peternak asal Kabupaten Boyolali mengaku biasanya membawa ternak ke pasar sapi Jatinom. Sugino sendiri khawatir ternak terserang PMK jika dibawa ke pasar. “Sementara libur dulu [tak bertransaksi jual-beli ternak],” kata dia di sela-sela menunggu giliran pijat.

Hal senada disampaikan Sumadi, 50, warga Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali. Dia menjelaskan tidak ada penutupan pasar. Kondisi pasar kosong melompong meski hari pasaran lantaran penjual maupun pembelinya takut ternak mereka terserang PMK jika dibawa ke pasar.

Kepala Desa (Kades) Bonyokan, Surono, mengungkapkan kondisi pasar aman-aman saja. Hanya, dia menjelaskan pedagang dan pembeli sepi. “Hari ini [kemarin] hanya ada sapi tujuh ekor [yang dibawa ke pasar hewan],” jelas Surono.

Surono menjelaskan kondisi itu terjadi lantaran pedagang maupun pembeli takut ternak mereka terkena PMK jika dibawa keluar kandang. “Yang jelas pada takut dengan adanya PMK. Di Klaten memang jarang kasusnya. Tetapi pembelinya tidak ada. Jadi kalau pedagang bawa ya percuma [tidak ada pembeli],” jelas Surono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Solopos

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Tak Ada Kenaikan Nilai Jual Beli Objek Pajak PBB P2 di Sleman pada 2025

Sleman
| Senin, 03 Februari 2025, 21:57 WIB

Advertisement

alt

Hindari Macet dengan Liburan Staycation, Ini Tipsnya

Wisata
| Senin, 27 Januari 2025, 18:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement